Senin, 02 Oktober 2017

Petak Umpet Minako (2017) - Keseraman Teror yang Ikut Bersembunyi


Dalam suatu reuni SMA, Vindha (Regina Rengganis) mengajak teman-teman lamanya ke gedung lama sekolah mereka untuk membuat kenangan sekali lagi. Mereka melakukan permainan atau bisa dibilang ritual bermain petak umpet tak biasa karena melibatkan makhluk halus melalui medium boneka Minako.  Awalnya teman-teman Vindha menganggapnya aneh dan mengada-ada. Namun siapa sangka apa yang mereka tertawakan justru akan menjadi terror yang akan mempertaruhkan nyawa dan juga menguji persahabatan mereka.


Film horror survival entah kenapa selalu banget menarik dan membuat penasaran meski sudah sering kali diangkat. Kali ini Nimpuna Sinema memproduksi film terbarunya Petak Umpet Minako  mengangkat sebuah urban legend dari Negeri Jepang yang ternyata juga mengadaptasi novel yang katanya best seller berjudul sama.

Premis yang cukup menarik sebenarnya, meski bukanlah hal yang baru melibatkan pertahanan diri atas sebuah terror diselingi cinta, persahabatan dan juga balas dendam. Menit awal film begitu terasa lambat tapi masih bisa lah dinikmati sebagai pengenalan tokoh dan juga pembangun mood. Kisah seharusnya semakin menarik saat permainan petak umpet benar-benar dimulai. Sayangnya gaya penceritaan dengan alur maju mundur menghancurkan semuanya. Hampir semua  kejadian berlangsung tiba-tiba yang kemudian diungkap dengan narasi para tokohnya ataupun diceritakan secara flashback.


Dialog dengan bahasa sehari-hari dengan pencampuran kata baku dan kata tidak baku menurutku cukup mengganggu di telinga. Pengenalan tokoh dan situasi pun juga membuatku merasa bingung karena semua hal yang serba tiba-tiba sehingga sulit untuk bersimpati pada masing-masing tokoh. Sosok Minako yang sebenarnya cukup mencuri perhatian pun hanya sebatas boneka berjalan yang kurang menambah kengerian. Untuk akting para pemainya cukup lumayan lah sih kalau ngga boleh dibilang jelek.
Akhir kata, Petak Umpet Minako cukup baik lah dijadikan pilihan horor yang lain dari biasanya kok.

#BanggaFilmIndonesia

Rate : 2.5/5


Kamis, 24 Agustus 2017

The Underdogs (2017) - Persahabatan dan Pencarian Jati Diri



Kali ini Rumah Produksi Starvision kembali mengangkat kisah tentang youtubers dengan lebih matang melalui The Underdogs. Kali ini apakah hasilnya lebih memuaskan dibandingkan Youtubers di tahun 2015?



Ellie (Sheryl Shenafia), Boby (Jeff Smith), Nanoy (Babe Chabita) dan Dio (Brandon Salim) bersahabat karena persamaan nasib yaitu sering dibully dan dijauhi teman-temannya sejak masih SMA. Terinspirasi dari grup rapp S.O.L yang beranggotakan Sandro X (Ernest Prakasa, Oscar (Young Lex) , dan Lola (Han Yoo Ra) yang mengaku punya nasib awal yang sama, mereka membuat kanal di Youtube untuk membuktikan bahwa mereka juga bisa populer seperti yang lain. Saat konten video The Underdogs mulai banyak disukai di dunia maya justru memancing permusuhan bagi salah satu Youtubers lain karena kualitas yang dianggap jelek namun sering menjadi trending dan membuat mereka semakin tenar.



Jika kalian cukup mengikuti perkembangan kegiatan pada Kanal-kanal Youtube, mungkin akan terasa film ini memeng Youtubers banget. Cerita tentang bagaimana awal terbentuknya sebuah kanal, percobaan-percobaan yang dilakukan hingga menemukan apa yang cocok untuk mereka buat berhasil mengundang tawa akibat dari kesulitan dan kegagalan yang kocak. Tak hanya itu sisi dramatik dan konflik keluarga dari masing masing tokoh pun bergasil membuat simpatik tapi tak sampai menguras akibat drama dan humor yang dilempar bergantian. Juga adegan hits di Youtube macam draw my life yang menyentuh serta lagu-lagu rapp yang enak didengar juga mengundang dari senyum sampai tawa. Sayangnya perjalanan cerita terlalu cepat, macam bagaimana The Underdogs memiliki banyak viewers seperti terlalu mudah. Penyelesaian konflik juga biasa aja terkesan mempermudah. Humor tentang pernyataan positif yang langsung ditimpa dengan adegan kontradiktif pun serasa miss entah karena udah terlalu sering dipakai atau banyak yang ga mengerti. 



Dari segi pemeran, Sheryl Shenafia cukup mencuri simpati dengan segala permasalahan keluarga yang membuatnya terasing dengan mama papanya, begitu pun Jeff Smith dengan dilemanya untuk mengikuti passion atau pilihan Papanya, Babe Cabita menjadi penyumbang banyak tawa akibat nasibnya yang selalu mendapat kesialan. Brandon juga berhasil melengkungka senyum dengan ekspresi jatuh cinta malu-malunya meski itu sebatas tempelan tanpa mempengaruhi konflik penceritaan. Kejutanta Ernest Prakasa pun mampu tampil sebagai sosok menyebalkan kali ini. Tak lupa pemain pendukung dan para cameo seperti Dodit Mulyanto dan Amel Carla juga mampu mengundang tawa saat muncul di layar.



Akhir kata The Undedog berhasil menjadi tontonan yangmenghibur tentunya sepanjang durasi untuk menertawakan dinamika para youtubers dengan cara yang asyik.

#BanggaFilmIndonesia

Rate : 3.5/5




Sabtu, 19 Agustus 2017

Sweet 20 (2017) - Sweet Banget...


Aku sadar betul, udah terlalu telat buat review film ini. Mengingat film ini juga udah ga tayang lagi secara serentak. Sebenarnya aku mau memulai blog ini dengan film rilisan tebaru, tapi karena suatu urusan aku belum sempet ke bioskop minggu ini. Entah kenapa aku juga merasa harus banget review film ini karena meski udah lama nontonya masih terasa banget senyuman, sedih dan tawa aku saat nonton film ini. 



Fatmawati (Niniek L. Karim) seorang nenek rempong berusia 70 tahun, tinggal bersama putra kesayanganya, Adtya (Lukman Sardi) dan Salma (Cut Mini) menantunya serta dua cucunya Juna ( Kevin Julio) dan Luna (Alexa Key) . Sampai suatu hari sang nenek secara ga sengaja denger obrolan anak dan cucunya untuk menitipkanya ke panti jompo membuat ia sedih dan kabur dari rumah. Di perjalanan ia masuk ke sebuah studio foto untuk mengambil foto sebelum Ia semakin tua dan jelek sebagai foto pemakamanya nanti. Ajaibnya setelah berfoto di studio itu Nenek Fatma berubah 50 tahun lebih muda kembali (Tatjana Saphira) dan merubah namanya menjadi Mieke Wijaya. Fatmawati pun merasa bahwa ia dikasih kesempatan buat menggapai cita-cita yang belum sempat terwujud saat muda dulu.


Seperti yang kita tahu, film ini adalah adaptasi dari Film Box Office dari Korea sana yaitu Miss Granny. dan produksinya oleh Starvision bekerjasama dan diawasi langsung sama si empunya film CJ Entertainment. Sudah diadaptasi di beberapa negara, lalu apa yang menarik dari remake dalam negeri kita tercinta ini?

Adaptasi cerita Sweet 20 ga cuma reka ulang adegan dari film aslinya yang cuma ditranslate dengan Bahasa Indonesia. Tapi juga menyelipkan kearifan lokal macam sungkeman saat lebaran, orkes dangdut keliling, dan sindiran kepada adegan mainstream di sinetron lokal kita. Salut buat Upi yang berhasil menulis naskah dengan indahnya sehingga kita pun bisa menatap layar tanpa harus sibuk membandingkan dengan versi aslinya. Sang sutradara Ody C. Harahap pun berhasil menciptakan situasi komedi lewat dialog-dialog dan peristiwa yang nyaris ngga ada yang meleset. Akting para pemeranya pun juga juara karena bisa bikin kita tertawa, simpati juga sedih tanpa banyak berpikir. Kejutan-kejutan pun ditampilkan saat Widyawati dan Slamet Rahardjo yang biasa tampil bijaksana sebagai sosok yang menggila. Seperti film Starvision lainya pun penuh dengan peran pendukung dan cameo-cameo yang tiap kemunculanya pun tepat waktu dan menarik perhatian hingga film hampir kelar tanpa harus mencuri pesona yang lain. Transisi dari lucu ke sedih juga ga kasar karena pembagian waktu yang tepat banget karena suasana drama yang bikin baper tanpa harus berlarut-larut.



Nuansa vintage juga mewarnai adegan demi adegan dan kostum para pemerannya yang manjain mata kita. Juga lagu-lagu jadul yang dinyanyikan sama Tatjana macam Bing, Payung Fantasy, Layu Sebelum Berkembang dan diaransemen ulang sama Aghi Narottama pun bikin betah hingga durasi yang hampir dua jam masih berasa terlalu singkat.



Akhir kata, nonton Film Sweet 20 ini adalah salah satu pengalaman menonton paling berkesan sepanjang tahun ini dan masih terasa manis biarpun aku menonton beberapa hari setelah lebaran kemarin dan post ini ditulis pada 19 Agustus 2017. Yang artinya film ini punya kesan yang indah di tahun ini.

#BanggaFilmIndonesia

Rate : 4.5/5

Sumber gambar : Google image dan dokumentasi pribadi

Jumat, 18 Agustus 2017

The Doll 2 (2017)



Tahun ini film horror kembali diminati oleh penonton Indonesia, terbukti dengan Danur : I Can See Ghost dan Jailangkung yang berhasil ditonton oleh lebih dari 2.000.000 penonton. Melihat film pertama yang cukup sukses di tahun sebelumnya, Hitmaker membuat sekuelnya The Doll 2 yang sebenarnya kurang berkaitan selain dari pemeran Bu Laras (Sarra Wijayanto) yang di film pertama juga berperan sebagai paranormal. 



Kehidupan Aldo (Herjunot Ali) dan Maira (Luna Maya) nampak bahagia sejak adanya putri tunggalnya Kayla. Hingga sebuah kecelakaan tragis merenggut nyawa Kayla dan membuat Maira larut dalam sedih yang mendalam. Ia merasa Kayla masih ada di sekitarnya. Atas saran temannya, mereka memanggil arwah Kayla lewat medium boneka kesayangan Kayla yaitu Sabrina. Aku sempet ngakak sih pas temen Maira itu berkata "Ih lucu pisan" sambil mengelus Si Sabrina itu. Padahal semua juga tau itu boneka serem gitu. Awalnya mereka mengira bahwa ritual itu gagal sampai kejadian demi kejadian menakutkan meneror hari-hari Maira.


Kejadian demi kejadian menyeramkan pun dialami oleh Maira salah satunya yang harus banget setan datang pas lagi mandi gitu? Eh tapi ga salah juga sih karena kamar  mandi juga salah satu tempat yang bisa bikin takut pas malam hari.



Jujur aku menikmati banget film ini, kesedihan Luna Maya kehilangan putri kesayanganya juga bikin kita ikut simpati.Ekspresi ketakutannya pun menurut aku meyakinkan. Kekuatan film ini bukan dari jumpscare ataupun penampakan-penampakan dari hantunya walaupun beberapa jumpscare bikin kaget sih, tapi dari adegan-adegan penuh darah dari awal film mulai. Dan teror-teror kejar-kejaran dan penyiksaan sadis di klimaks yang sedikit kurang masuk akal yang walaupun udah disiksa sedemikian rupa tapi masih kuat-kuat aja tapi tetap enak buat dinikmati dan cukup memacu jantung dan nafas kita. Satu lagi adegan yang aku suka di setiap filmnya Hitmaker yaitu adegan kaca pecah dengan tempo slowmotion yang menurut aku itu keren.



Kekurangan dari film ini menurut aku dari beberapa dialog yang menyebalkan seperti psikiater yang menghakimi Maira atas ketakutanya seolah ga ada simpati. Juga suara saat Maira dirasuki yang mengingatkan aku sama acara berita investigasi saat tersangka bakso borax diwawancarai. Juga twist-twist yang diungkap menjelang akhir yang terkesan dipaksakan karena kurang halus pergulirannya. Di luar dari itu semua The Doll 2 sangat nyaman untuk dinikmati terutama bagi mereka yang kecewa sama Danur dan Jailangkung. Denger-denger The Doll bakal dibikin Trilogi, loh! Semoga sukses aja buat Rocky Soraya dan Hitmaker. 

#BanggaFilmIndonesia

Sumber Gambar : Klik pada gambar

Rate : 3/5